PEMIMPIN IDEAL DI ERA DIGITAL
Setiap manusia dilahirkan sebagai pemimpin, minimal sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri. Hakikat pemimpin adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab lebih dalam memimpin suatu kelompok atau organisasi dalam mencapai suatu tujuan. Menurut Leory Eimes “Seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih dari yang orang lain lihat dan yang melihat sebelum orang lain melihat”. Oleh karena itu, menjadi seorang pemimpin tidak bisa sembarangan karena banyak hal yang harus dikuasai untuk menjadi pemimpin yang baik dan ideal.
Dalam kepemimpinan yang ideal, seorang pemimpin tidak hanya mampu menjalankan berbagai program, tetapi juga harus mampu melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berperan aktif dan berkontribusi positif dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita bangsa. Kepemimpinan melibatkan proses yang panjang sehingga dapat terlaksana secara spontan dan otomatis. Seorang pemimpin idealnya adalah seorang yang dapat memberikan solusi, sedangkan orang lain masih berkutat dengan masalah. Seorang pemimpin mengetahui cara untuk mengambil keputusan terbaik dalam keadaan terdesak dan ia mampu belajar dari kegagalannya.
Menjadi seorang pemimpin yang baik pada masa generasi milenial saat ini dan ke depan menjadi suatu tantangan kritis. Generasi milenial atau gen Y adalah cohort (kelompok demografis) yang lahir setelah generasi X (umumnya disebut ABG, Angkatan Bapak Gue). Generasi Y ini lahir pada rentang tahun 1980-an hingga 2000. Seiring perkembangan zaman, banyak pemimpin yang muncul akibat tuntutan dan kondisi lingkungan pada saat itu, misalnya pada zaman penjajahan, karakter para pemimpin terbentuk dalam perjuangan melawan penjajah. Pejuang yang terbentuk dari intelektual dan idealisme yang dapat menghasilkan rumusan ideologi bangsa yang menjadi pedoman bagi kehidupan bangsa.
Era milenial lahir dengan konsep gaya pembaharuan yang diiringi dengan perkembangan kekuatan globalisasi digital sehingga dapat menjadi kekuatan yang luar biasa. Kepemimpinan politik era milenial saat ini sudah mulai bermunculan dengan pemikiran-pemikiran inovatif yang modern dengan tetap berlandaskan budaya tradisional. Dalam pemerintahan saat ini, bermunculan generasi milenial yang sangat kompeten dan mampu menjawab tantangan era global yang semakin berkembang. Bisa kita lihat bahwa munculnya pemimpin generasi ‘zaman now’ seperti Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), Emil Dardak (Bupati Trenggalek), M. Zainul Majdi (Gubernur NTB), M. Ridho Ficardo (Gubernur Lampung), dan lain-lain, seakan memperlihatkan kepercayaan masyarakat pada pemimpin muda yang inovatif dan mampu menyejahterakan masyarakat.
Keberadaan kaum muda seakan membawa angin segar bagi peradaban dan kemajuan bangsa ini. Di bawah kepemimpinan jiwa-jiwa muda, Indonesia mulai menemukan jati dirinya yang baru, tetapi tetap berpijak pada konsep yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Pendidikan dan perilaku sosial akan memberikan dampak yang signifikan dalam menentukan arah pergerakan bangsa. Oleh karena itu, kualifikasi atas kedua hal itu perlu diperhatikan untuk menciptakan pemuda bangsa yang berkualitas. Dengan semangat yang begitu besar sudah selayaknya bangsa ini mampu menghargai diri dan membangun integritasnya dengan melibatkan kaum muda dalam mewujudkan kepemimpinan ‘zaman now’
generasi milenial di era Indonesia di masa yang akan datang.
Untuk mencari pemimpin yang tepat untuk di era digital seperti saat ini menjadi tantangan tersendiri. Para pemimpin memiliki tanggung jawab besar untuk tetap kompetitif di tengah kemunculan teknologi digital yang senantiasa mengubah cara bekerja. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin di era digital seperti saat ini :
- Digital Mindset
Seiring dengan semakin banyaknya pengguna smartphone, akses komunikasi antarindividu sudah tidak bersekat lagi. Ruang pertemuan fisik kian beralih ke ruang pertemuan digital. Pemimpin di era digital harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi ini untuk menghadirkan proses kerja yang efisien dan efektif di lingkungan kerjanya. - Agile
Pemimpin harus cerdas melihat peluang, cepat beradaptasi, dan lincah dalam memfasilitasi perubahan. Seperti yang disampaikan oleh motivator Jamil Azzaini, pemimpin yang agile adalah pemimpin yang open minded dan memiliki ambiguity acceptance, yakni bersedia menerima ketidakjelasan. Ketidakjelasan ini dapat berarti ketidakjelasan prospek bisnis ke depan, sistem manajemen perusahaan, atau manual produk yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh pemimpin yang agile, hal ini nantinya akan disederhanakan, diperbaiki, dan disempurnakan. - Observer dan Active Listener
Pemimpin di era digital harus bisa menjadi observer dan pendengar aktif yang baik bagi anggota timnya, apalagi jika mayoritas timnya adalah kaum milenial. Hal ini dikarenakan kaum milenial tumbuh beriringan dengan hadirnya media sosial yang membuat mereka kecanduan untuk selalu diperhatikan oleh khalayak. Mereka haus akan ilmu pengetahuan, pengembangan diri, dan menyukai untuk berbagi pengalaman. Namun, di sisi lain, mereka pun tidak ragu untuk menuangkan kekesalannya. Jadilah observer dan active listener yang baik, tidak ada salahnya jika pendekatan dilakukan via media sosial milik mereka, seperti Facebook, Instagram, dan Path. - Brave to be Different
Pada zaman ini, ternyata masih banyak orang yang tidak berani untuk mengambil sebuah keputusan penting dalam pencapaian cita-cita karena hal tersebut dinilai bertentangan dengan kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Hal semacam ini jika dibiarkan, akan menjadi hambatan bagi seseorang untuk lebih maju. Oleh karena itu, untuk menjadi contoh, pemimpin harus berani berbeda, baik dari cara berpikir, kebijakan, maupun penampilannya. - Inclusive
Di dalam bahasa inggris, inclusive diartikan “termasuk di dalamnya’. Secara istilah, inclusive diartikan sebagai memasuki cara berpikir orang lain dalam melihat suatu masalah. Pemimpin yang inclusive sangat dibutuhkan di era milenial dikarenakan perbedaan cara pandang antar individu yang semakin kompleks. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya informasi yang semakin mudah untuk diakses oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun sehingga membentuk pola pikir yang berbeda antarindividu. Pemimpin yang inclusive diharapkan dapat menghargai setiap pemikiran yang ada dan menggunakannya untuk mencapai suatu tujuan. - Unbeatable (pantang menyerah)
Mindset pantang menyerah tentu harus dimiliki oleh semua pemimpin. Apalagi memimpin anak-anak di era milenial yang seakan lekat dengan sikap malas, manja, dan merasa paling benar sendiri. Pemimpin milenial wajib memiliki sikap positive thinking dan semangat tinggi dalam mengejar goals-nya. Kondisi persaingan kerja di era globalisasi harus dapat memicu pemimpin untuk lebih meningkatkan kemampuan soft skills, misalnya kemampuan bernegosiasi, menginspirasi, dan critical think dan kemampuan hardskills-nya seperti membuat desain grafis dan berbahasa asing. Maka dari itu, wajib bagi pemimpin untuk menjadi sosok yang unbeatable yang memiliki kemampuan bangkit dari kegagalan dengan cepat dan pantang menyerah dalam menggapai tujuannya.
Seorang pemimpin yang baik bukan berarti seseorang tidak pernah salah atau tidak pernah melakukan kegagalan dalam hidupnya. Namun, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau belajar untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik dalam memimpin dirinya sendiri maupun orang lain. Pemimpin yang hebat tidak lahir begitu saja, mereka lahir dari pengalaman yang sudah ia alami dan dari pengalaman itu, ia dapat mengambil pelajaran mengenai berbagai hal yang telah ia lewati dalam kehidupannya. Perlu kesungguhan, proses terus menerus dan upaya besar. Namun usaha itu berbanding lurus dengan hasil yang akan dicapai.
REFERENSI
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Milenial diakses pada 15 Maret 2019
- https://www.hipwee.com/list/6-karakter-kepemimpinan-di-era-milenial/ diakses pada 3 April 2019